"Kisah Pengemis yang Dihina Wanita Kaya, 10 Tahun Kemudian Inilah yang Terjadi Padanya" Ini ke -->
FACEBOOK | TWITTER | GOOGLE + | PINTEREST
Apa reaksi anda ketika suatu hari hidup anda yang sudah miskin masih juga dihina oleh orang-orang berada dengan nada sinis dan melecehkan anda? Ada seorang pengemis yang mengemis di sebuah rumah sakit, lengan kanannya sudah patah, terlihat mengibakan, siapapun yang melihatnya pasti akan memberinya sedekah.
Tanpa melirik sedikitpun, sang nyonya berkata kepada si pengemis sambil menunjuk ke tumpukan bata di depan rumah, menyuruhnya memindahkan tumpukan batu bata di depan pintu itu ke halaman belakang.
Si pengemis terpaku seketika mendengar itu, lalu dengan emosi berkata, “Saya hanya punya satu lengan, tega-teganya Anda menyuruh saya memindahkan batu bata itu, jelas-jelas Anda sengaja mempermainkan saya, merasa hebat ya kaya raya!”
Sang nyonya diam tidak menanggapinya, lalu membungkukan badan dan sengaja menggunakan satu tangannya mengangkat dan memindahkan bata itu.
“Kamu lihat sendiri, tidak harus dua tangan baru bisa kerja. Kalau saya bisa kenapa kamu tidak?” kata sang nyonya.
Melihat itu, pengemis tampak melongo, tak lama kemudian, akhirnya ia membungkukkan badannya dan mengangkat bata itu dengan satu tangannya. Dua jam kemudian semua batu bata itu baru selesai dipindahkan, tampak keringat bercucuran di sekujur badannya.
Sang nyonya memberi sehelai handuk putih pada pengemis, kemudian memberinya 100 Yuan atau sekitar Rp.190,000,- Saat menerima 100 Yuan, sang pengemis pun meneteska air mata sambil mengucapkan “Terima kasih Nyonya!”
“Tidak perlu berterima kasih, itu adalah upah dari hasil keringatmu sendiri.”
Sejak itu tumpukan bata di rumah sang nyonya terus seperti itu, selalu ada orang yang memindahkan dari teras rumah ke halaman belakang, lalu memindahkannya lagi dari halaman belakang ke teras.
10 tahun kemudian, seseorang yang berpakaian necis dengan penampilan elegan berkunjung ke taman itu.
Pria itu membungkukkan badannya dan menyalami sang nyonya dengan tangan satu-satunya sambil berkata, “Seandainya tidak ada nyonya, saya masih seorang pengemis, tapi sekarang saya adalah direktur sebuah perusahaan.”
Andalah yang telah membantu saya menemukan kembali harga diri saya yang hilang ketika itu, membangun kembali rasa percaya diri saya, jika tidak ada anda, mungkin saya mungkin masih berkeliaran di jalanan.
Tampaknya sang nyonya tidak ingat lagi siapa sosok direktur di depannya ini, sang nyonya hanya mengatakan dengan datar, “Itu adalah hasil atas jerih payahmu sendiri.”
Direktur berlengan satu ini berencana membantu nyonya dan keluarganya pindah ke kota, menikmati hidup yang nyaman. Namun nyonya rumah mengatakan, “Kami tidak dapat menerima perhatian Anda, karena sekeluarga kami semuanya memiliki sepasanga tangan.”
Sang direktur dengan tulus bersikukuh, “Nyonya, anda telah membuat saya tahu apa yang namanya manusia, anda jugalah yang membuat saya paham apa yang namanya kepribadian, rumah itu adalah imbalan yang selayaknya anda terima atas didikan anda kepada saya.”
Nyonya rumah akhirnya tersenyum, “Kalau begitu, kamu berikan saja rumah itu kepada orang-orang yang tidak memiliki sepasang tangan!”
Cerita ini memberitahu kita sebuah pencerahan. Beramal atau memberi sedekah itu sifatnya sementara. Tetapi jika mengajarkan seseorang cara menangkap ikan, dan biarkan dia menyadari akan kebenaran esensi yang sesungguhnya, maka semua yang didapatkannya ini baru memiliki makna yang dalam. Pengemis tersebut menyadari akan kebenaran ini, karena itu ia baru bisa meneruskan niat baiknya itu kepada orang-orang.
Gambar dibawah ini adalah Kevin Laue, seorang pebasket berlengan satu asal Amerika Serikat, ia berhasil berdiri dengan bangga di atas panggung Klub NCAA mengandalkan sepasang tangannya.
Nasib setiap orang itu ada di tangan mereka masing-masing, jika sepenjang hari hanya mengeluh atas nasibnya itu juga tidak akan mengubah situasi apapun. Temukan apa pun yang mampu kita kerjakan, dan tetapkan targetnya, asal tahu saja, setiap orang memiliki sebidang dunia yang menjadi miliknya masing-masing.
{ 0 comments... or add one}
Posting Komentar