Advertisement

Ternyata ini Alasan Mengapa Banyak Orang Mengidolakan Muhammad Ali !

Posted by Admin


ANEH92: Kabar duka dari dunia tinju, membuat para idola dan penggemar petinju dinia Muhammad Ali berduka. Hampir diseluruh dunia penggemar maniac maupun hanyak penggemar biasa turut mengucapkan bela sungkawa atas meninggalnya sosok idola mereka. Muhammad Ali dalam puncak karirnya, merupakan pria yang paling terkenal di planet bumi. Bakat tinjunya berkembang karena kepercayaan dirinya yang sangat besar.

"Saya merupakan yang terhebat," kata dia, dan siapa yang bisa meragukan seorang pria yang menang Juara Dunia Kelas Berat selama tiga kali.

Seperti yang dikutip dari bbc, Muhammad Ali terkenal lantang dalam mendukung hak-hak sipil yang membuatnya dicintai oleh jutaan orang di dunia. Semasa hidupnya, Ali pernah ditanya bagaimana dia ingin dikenang, suatu kali dia mengatakan:
"Sebagai seorang pria yang tidak pernah menjual kaumnya. Tetapi jika itu terlalu berlebihan, maka (kenanglah) sebagai seorang petinju yang baik. Saya tidak akan keberatan jika Anda tidak menyebutkan bagaimana saya menariknya saya."

Pernah Kehilangan Sepeda

Ali lahir dengan nama aslinya Cassius Marcellus Clay di Louisville, Kentucky, pada tanggal 17 Januari 1942, ia merupakan anak seorang pelukis reklame. Dia dinamai seperti seorang abolisionis atau penentang perbudakan yang terkenal pada abad ke-19.

Ketika ali berusia 12 tahun, dia melaporkan kehilangan sepeda dan mengatakan kepada seorang petugas polisi bawah dia ingin "memukul" pelakunya.

Petugas polisi, Joe Martin, melatih petinju cilik ini di sebuah pusat kebugaran lokal dan menyarankan bocah ini untuk belajar tinju sebelum dia menantang pencuri.

Clay dengan cepat berlaga di ring, dan memulai debutnya pada 1954 dalam sebuah pertandingan amatir yang berlangsung selama tiga menit.

"Dia berhasil karena dia memiliki tekad yang lebih tinggi dibandingkan sebagian besar anak laki-laki lain," kata Martin. "Dia merupakan pekerja keras dibanding anak-anak lain yang pernah saya latih."

Karir amatirnya berkembang dan dia menang di berbagai kejuaraan Golden Gloves Tournament of Champions pada 1959 selama lima tahun.

Pada 1960 dia terpilih masuk dalam tim AS untuk bertanding di Olimpiade Roma. Awalnya dia menolak pergi karena dia takut terbang. Akhirnya dia pun pergi dengan membawa parasut cadangan kedua dan menggunakannya selama penerbangan, menurut anak laki-laki Joe Martin.

Upaya itu pun membuahkan hasil. Pada 5 September 1960, dia mengalahkan petinju Polandia Zbigniew Pietrzykowski dan menjadi juara Olimpiade di kelas berat ringan.

Dia menerima sambutan sebagai pahlawan ketika timnya kembali ke New York, tetapi kenyataan masyarakat AS yang terbelah dialaminya ketika kembali ke kampung halamannya di Kentucky dan ditolak ketika akan memesan meja di sebuah restoran.

Dalam otobiografinya di tahun 1975, Ali mengklaim bahwa dia melempar medali Olimpiadenya karena jijik tetapi kemudian dia mengungkapkan medali itu hilang setahun setelah kembali dari Roma.

Kasar

Meski baru berusia 18 tahun, dia bergabung dengan tinju berbayar dan kemudian memulai karir profesionalnya di tahun yang sama dengan poin kemenangan enam ronde dari Tunney Hunsaker, seorang kepala polisi dari West Virginia.

"Clay cepat seperti petir," kata Hunsaker setelah pertandingan."Saya berusaha menggunakan trik yang saya ketahui untuk mengalahkan dia tetapi dia sangat bagus."

Ali juga belajar pada Angelo Dundee, pelatih yang berperan besar dalam kesuksesan karir tinjunya. Kemenangan demi kemenangan diraihnya, diperkuat oleh promosi diri yang kasar, membawanya dalam ketenaran.

Sikap Clay yang luar biasa di dalam ring yang memperlihatkan tarian mengeliling lawannya seperti petinju kelas ringan. Dia mengajari mereka, dia memuaskan banyak orang dengan gaya pamernya, kaki yang diseret dan refleks yang cepat.

Di luar ring, Clay melawan rasisme yang ketika itu masih menjadi persoalan besar di AS pada 1960an.

Dalam kurun waktu itu pula Clay memeluk agama Islam dan mengubah namanya menjadi Muhammad Ali. Dia mengatakan Cassius Clay, merupakan "nama budaknya", dan dia protes m terhadap sejumlah orang yang tetap menggunakan nama lahirnya.

Penjara dan brutal

Di luar tinju Ali pernah menolak mengikuti wajib militer, dan mendapatkan hukuman penjara atas sikapnya. Dia dihanjar lima tahun penjara, tetapi setelah tiga tahun muncul penolakan dari warga AS terhadap perang Vietnam. Kemudian Ali mendapatkan penangguhan hukuman dan kembali ke ring pada 1970 dengan menang atas Jerry Quarry.

Tetapi kemudian pada 1971 Ali pertama kalinya kalah untuk pertama kalinya dalam karir profesionalnya oleh Joe Frazier. Ali kembali meraih kemenangan dari Frazier tiga tahun kemudian. Mungkin momen terbaik Ali pada Oktober 1974 ketika dia mengalahkan George Foreman di Zaire yang disebut sebagai pertandingan "Rumble in the Jungle".

Pada usia 32 tahun, Ali menjadi pria kedua dalam sejarah yang meraih kembali juara dunia kelas berat. Setahun kemudian, Ali bertemu dengan Frazier untuk ketiga kalinya yang dijuluki "Thrilla in Manila" mungkin pertandingan itu merupakan yang paling brutal dalam sejarah tinju kelas berat.

Ali mengatakan saat itu dia sangat dekat dengan kematian di ring tinju, tetapi kemudian dia menang setelah kubu Frazier menghentikan pertandingan setelah ronde ke-14. Ali dapat dan mungkin harus pensiun pada saat itu, tetapi dia bertanding kembali.

Pada Februari 1978, dia kehilangan gelarnya yang direbut Leon Spinks, pemenang medali Olimpiade 1976 yang lebih muda 12 tahun darinya. Delapan bulan kemudian dia kembali ke laga tinju dunia, dengan jumlah penonton yang mencapai jutaan. Saat itu Ali menang gelar juara dunia untuk ketiga kalinya pada usia 36 tahun.

Penghargaan

Ali dikenal sangat dermawan, meski diperkirakan dia menghasilkan uang lebih dari $60 juta dollar dari ring tinju, tetapi pada 1979, dia tampak hanya sedikit memiliki kekayaan. Itu merupakan salah satu alasan dia menolak untuk mundur dari ring tinju, tetapi kemudian dia kalah dan gelar juaranya pindah ke mantan rekan latihannya Larry Holmes di Las Vegas pada 1980.

Ali kemudian kembali bertanding melawan petinju Kanada Trevor Berbick pada Desember 1981, dan setelah kehilangan poin, akhirnya dia pun 'menggantung sarung tinjunya' di usia 40 tahun. Setelah itu sejumlah rumor menyebut tentang kesehatannya. Dia cadel ketika berbicara, berjalan dengan menyeret kaki dan seringkali mengantuk.

Ali didiagnosa menderita Parkinson, tetapi dia terus bepergian untuk memenuhi berbagai undangan di sejumlah negara. Sejumlah penghargaan pun diberikan kepada Muhammad Ali, pada 2005, dia mendapatkan dua penghargaan sipil tertinggi di AS - Presidential Citizens Medal dan Presidential Medal of Freedom - atas teladan yang diberikan kepada negara.

Di tahun yang sama dia tampil dalam pembukaan lembaga non-profit Muhammad Ali Center di Louisville, Kentucky, yang mempromosikan perdamaian, tanggung jawab sosial dan penghormatan. Karirnya sebagai petinju sangat mengagumkan. Dia membukukan rekor sepanjang 21 tahun karir profesionalnya, dengan menang dalam 56 pertandingan, 35 KO dan lima kali kalah. Cari artikel ini di:

muhammad ali meninggal, petinju muhammad ali, berita muhammad ali, muhammad ali vs mike tyson, biografi muhammad ali, rocky marciano vs muhammad ali, muhammad ali youtube

{ 0 comments... or add one}


Posting Komentar